Pages

“Banjir Baleendah”


Banjir merupakan sebuah fenomena bencana yang tidak asing lagi ditelinga masyarakat Indonesia. Mulai dari ujung Sumatera hingga Papua, dari wilayah terpencil hingga ibu kota, nampaknya bencana banjir selalu hadir setiap tahunnya. Bila kita melihat wilayah Indonesia secara geografis memang dikelilingi oleh air. Indonesia memiliki banyak sungai kecil dan besar, danau, telaga belum lagi laut dan samudera yang mengelilingi wilayah kepulauan Indonesia. Kondisi seperti ini bukan serta merta  men”judge” bencana banjir sebagai suatu hal yang pasti terjadi. Karena masalah banjir lebih sering terjadi bisa jadi karena ulah Manusia. 

     Baleendah Masih Tenggelam
nampaknya kalimat tersebut merepresentasikan kondisi daerah baleendah yang setiap tahunnya dikunjungi banjir. Baleendah dan Banjir seakan dua kata yang saling terkait satu sama lain, bahkan saking seringnya kalimat Baleendah banjir hampir menjadi frasa dalam tata bahasa warga Bandung Raya. Sudah bukan hal yang asing setiap tahun Baleendah, terutama kampung Cienteung kelurahan Baleendah selalu terendam banjir saat musim hujan datang. Keadaan semakin runyam ketiaka hujan turun sepanjang tahun, seperti tahun lalu.
Penyebab, utama Baleendah menjadi daerah langganan banjir, adalah letaknya yang berada di cekungan Kab, Bandung yang di apit oleh dua sungai yaitu Sungai Citarum dan Cisangkuy. Ketika musim hujan datang, sejumlah kawasan di Kel, Baleendah dan Kel, Andir hampir selalu terendam luapan air dari kedua sungai tersebut. Enam RW di Kel, Baleendah yang merupakan daerah langganan banjir adalah RW 9,10,17,21,27, dan 28, yang di huni oleh 2.391 jiwa. Banjir juga selalu menerjang RW 9 Desa Rancamanyar, RW 7, Perumahan Bojong Malaka Indah, Desa Bojong Malaka, dengan total korban banjir 5.580 jiwa. Banjir sepanjang tahun di Kanpung Cieunteung juga memaksa ratusan murid dan pengajar untuk meninggalkan SD Mekarsari.Bangunan sekolah tersebut kini sudah tidak di gunakan lagi. Kegiatan belajar-mengajar, di pindahkan kelokasi sejauh dua kilometer, dari bangunan SD semula.
Banyak kerugian yang diderita warga bukan cuuma dari segi materi, melainkan juga dari segi moril dan mental. Kasus banjir Baleendah terutama Cieunteung, sudah menjadi isu nasional. Berbagai diskusi untuk menemukan solusi banjir di Cieunteung sudah di gelar selama beberapa tahun terakhir. Beberapa opsi solusi yang pernah di bahas adalah pemangkasan Curug Jompong, membuat sodetan di sejumlah titik Sungai Citarum, serta relokasi warga Cieunteung, namun hingga sampai saat ini belum ada  solusi yang terbukti sangat jitu, untuk penanganan banjir di Baleendan dan Cieunteung. Puluhan milyar dana anggaran terbuang Cuma-Cuma, dengan tanpa hasil. Banjir adalah sebuah ancaman bagi kawasan permukiman seperti Baleendah. Dalam konsep metropolitan Bandung dimana Baleendah menjadi kawasan permukiman, pemecahan masalah banjir harus di lakukan dengan bantuan semua pihak mulai dari Pemkab Bandung, Pemprov Jawa Barat, serta pemerintah pusat. Dengan begitu, barulah Baleendah mudah-mudahan bisa menjadi daerah permukiman yang ideal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar