Pages

Bapak memang juara

                 Jumat 26 april 2013, sepertinya akan menjadi hari yang tidak terlupakan dalam hidup saya. sebab salah satu orang yang saya cintai bpk suganda eka permana, ayahanda saya pulang menghadap Sang Khalik.

                Rasanya memang begitu cepat, namun sekali lagi itu adalah takdir. dan kita harus menerima..
jujur saja ini tidak mudah bagi saya, apalagi banyak kenangan yang sulit saya lupakan bersama almarhum.. Beliau bisa jadi teman, bahkan bisa menjadi lawan diskusi, diskusi apa saja, bisa masalah hati, organisasi, bahkan sampai masalah-masalah negera pun pernah kami diskusikan.. beliau memang luas wawasannya..
 
                Dari semasa muda memang beliau sudah sakit sakitan namun tidak separah 4 tahun terakhir, kata ibu: bapak punya kelainan di jantungnya, tapi entah penyakit apa namanya..
baru  sekitar 4 tahunan yang lalu ibu baru kasih penjelasannya ke saya bahwa bapak menderita kebocoran jantung, yang harus membuatnya berobat jalan sedari masa muda dan membuatnya  selama 4 tahun terakhir keluar masuk rumah sakit.

               Bapak tidak mau semua orang tau bahwa bapak sedang sakit jantung, aneh memang.. Mungkin bapak tidak mau dikasihani sehingga orang lain menspesialkan bapak sehingga bisa jadi tugas-tugasnya menjadi ringan di kantor, atau bisa jadi dapat mempengaruhi keputusan saat rotasi jabatan sehingga bapak tidak jadi dipindah tugaskan ke daerah rancakalong pamulihan, daerah yang sangat jauh sekali dari rumah saya di cisarua. tapi itu terjadi karena bapak tidak memberi tau teman-temanya tentang sakitnya.. Begitulah bapak yang membuat teman-teman sekantornya baru tahu setelah beliau wafat bahwa bapak itu ternyata sakit jantung bukan sakit magh, ya seringkali bapak bilang ke teman-temannya kalau tidak masuk kantor itu karena sakit magh..

               Seminggu sebelum meninggal saya pulang ke rumah, waktu itu ibu menyampaikan kabar bahwa jantung bapak berfungsi 40%, mendengar hal itu memang begitu pahit, namun sekali lagi kami  hanya bisa ikhtiar untuk mencari alternatif penyembuhan dan setelahnya kami  serahkan kepada Alloh swt.   

              Namun 2 hari sebelum kepulangannya saya berangkat lagi ke bandung karena ada beberapa amanah, dan berjanji bahwa hari jumat saya akan pulang..  dan itu saya katakan langsung ke bapak..  Saya sedih kalau ingat momen terakhir itu, ada rasa menyesal. Waktu itu bapak bilang, bahwa  ke bandung nya nanti saja, bapak suka reueus (tentram) kalau ada anak-anak di rumah.. tapi memang takdirnya saya harus pergi di hari rabu dan pulang di hari ketika bapak sudah tiada..

               Dari sekian banyaknya bapak memberi teladan bagi anak-anaknya ada beberapa yg saya sharingkan..

              Ketika masa-masa sakitnya, bapak tidak mau berhenti bekerja. Padahal kami sudah sarankan untuk berhenti dan pensiun dini dari pnsnya. Tapi beliau bersikeras tidak mau.. sekarang baru kami pahami bahwa memang uang pensiun itu sedikit, jadi bapak dalam keadaan sakitnya terus bekerja demi menafkahi keluarganya. Itu cinta yg diterjemahkan lewat pengorbanan..

             Ketika menginjak masa kuliah, bapak ikut sibuk cari-cari perguruan tinggi yang bagus untuk anaknya. Waktu itu bapak ingin bahwa saya bisa masuk ke IPB.. bapak dengan tubuh kurusnya bela-belain pergi ke bogor untuk menemui kenalannya dan menyanyakan informasi jalur masuk kesana.  Dan akhirnya saya tidak lolos masuk IPB, tapi alhamdulillah bisa masuk ke UPI. Mudah-mudahan S2 nya bisa disana. Atau bahkan bisa kuliah di luar negeri.

             Bapak selalu sertakan keluarga dalam acara-acaranya, tentu acara yg bisa mengikutsertakan keluarga. beliau pernah mengajak saya ke pertemuan yang sedang membahas benih padi yang cocok untuk para petani, isi forumnya orang tua semua, ada banyak petani disana. Karena sering mengajak saya ke acara-acaranya, saya jadi tidak malu dan grogi lagi ketemu orang banyak, ketemu dan kenal sama siapapun. Bapak itu banyak temannya, saya sampai terharu juga waktu bapak meninggal banyak yang melayat, bahkan teman-temannya yang sudah lama tidak ketemu datang melayat ke rumah.

             Waktu bapak ada kesempatan untuk lanjut S2.. bapak lebih memilih menyalurkan uangnya untuk pendidikan anak-anaknya..  Itu saya masih ingat betul, bagaimana bapak kesulitan untuk memperbaiki posisi di kantornya. katanya kalau punya gelar master mungkin bisa perbaiki posisinya.. tapi lagi-lagi bapak urungkan niatnya untuk S2 dan lebih memilih menyekolahkan anaknya.. mudah2an saya bisa selesaikan kuliah saya ini yang sempat tersendat, dan bisa lanjut ke jenjang yang lebih tinggi lagi.. saya sekarang sadar betul bapak inginkan pendidikan terbaik untuk anaknya..

           Pasti setiap anak punya kenangan dengan orang tuanya, tapi tak jarang yang kita ingat adalah saat marahnya. atau hal negatif lainnya..
Ada hal yang kita tidak ketahui yang sudah orang tua kita korbankan untuk anak-anaknya.. mungkin sekarang kita belum merasakan.. tapi ada saatnya kita bisa merasakan bagaimana orang tua punya rasa cinta yang besar terhadap anaknya yang sama sekali kita tidak bisa membelasnya..

            Maka selagi ada sayangilah mereka keduanya, jika sudah tidak ada kita do’akan supaya dapat tempat terbaik disisiNya..  Islam pun mengajari kita untuk memperhatikan betul sikap kita terhadap orang tua, bahkan jangan sampai kita bilang "Ahh" bila kita disuruh,, bagi yang ingin sukses didunia dan akhirat tentu tau bahwa ridhonya Alloh itu adalah ridho orang tua mu... Jangan merasa karena masih ada, kita malah asik sendiri. Coba sesekali kita buat orang tua kita itu menangis bukan karena duka, melainkan bahagia telah memiliki anak seperti kita..

Sekarang bapak memang sudah tiada, tapi cintanya masih benar-benar terasa hangat direlung hati kami..

Bapak memang juara...








Tidak ada komentar:

Posting Komentar